cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner
ISSN : 25409492     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner merupakan media elektronik yang digunakan sebagai wadah penyebaran hasil-hasil penelitian dari skripsi/tugas akhir mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala yang ditulis bersama dengan dosen pembimbingnya. Naskah/artikel yang diterbitkan telah melewati proses review oleh 2 orang reviewer dan penyunting JIMVET. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner untuk saat ini menerbitkan naskah ilmiah mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Dokter Hewan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner terbit dengan satu volume dan empat nomor dalam setahun (Fabruari, Mei, Agustus, dan November).
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI" : 8 Documents clear
Identifikasi Keberadaan Nyamuk Aedes Spp Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Gampong Pineung Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Dina Izzatina; Farida Athaillah; Muhammad Hanafiah; Lian Varis Riandi; Eliawardani Eliawardani; Winaruddin Winaruddin; Muttaqien Muttaqien; M. Isa
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.8751

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengetahui keberadaan dan distribusi nyamuk Aedes  spp sebagai vektor  demam berdarah dengue (DBD) dengan menggunakan ovitrap di kawasan Gampong Pineung, Kecamatan Syiah Kuala  baik didalam ruangan (indoor) maupun diluar ruangan (outdoor). Penelitian ini dilakukan di lima dusun di Gampong Pineung kecamatan Syiah Kuala yaitu:  Tgk Chik Dipineung,  Bintara Pineung, Tgk Hasyim, Tgk Tengoh, dan T Muda Rayeuk. Hasil pengamatan terhadap total rata-rata telur nyamuk Aedes spp di kelima dusun  tidak memperlihatkan perberbedaan yang nyata (P0,05). Sedangkan jumlah total rata-rata telur nyamuk indoor dan outdoor antar dusun terdapat perbedaan yang nyata (P0,05). Tetapi  pada pengamatan terhadap Jumlah rata-rata larva Aedes agypti pada indoor berbeda nyata (P0,05) dibandingkan dengan larva Aedes albopictus. Begitu pula dengan jumlah rata-rata larva Aedes agypti pada outdoor berbeda nyata (P0,05) dibandingkan dengan larva Aedes albopictus.Kata kunci : Ovitrap, Indoor, Outdoor dan Gampong Pineung.ABSTRACTThis study aims to determine the presence and distribution of Aedes spp mosquitoes as a vector of dengue hemorrhagic fever (DHF) using ovitrap in Gampong Pineung area, Syiah Kuala subdistrict both indoor (indoor) and outside (outdoor). The research was conducted in five sub-villages in Gampong Pineung, Syiah Kuala sub-district, namely: Tgk Chik Dipineung, Bintara Pineung, Tgk Hasyim, Tgk Tengoh, and T Muda Rayeuk. The observation of total Aedes spp mosquito eggs in the five hamlets did not show a significant difference (P 0.05). While the mean total number of indoor and outdoor mosquito eggs between hamlets there was a real difference (P 0,05). But on observation of the average number of Aedes agypti larvae on indoor space was significantly different (P 0.05) compared with Aedes albopictus larvae. Similarly, the average number of Aedes agypti larvae in outdoor spaces was significantly different (P 0.05) compared with the Aedes albopictus larvae.Keyword : Ovitrap , Indoor, Outdoor, and Gampong Pineung.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kadar Gula Darah Anjing Kampung (Canis Familiaris) Di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat Nadia Hanifah; Sugito Sugito; Nuzul Asmilia; M. Isa; Hamny Sofyan; Syafruddin Syafruddin; Abdullah Hamzah; M. Hasan; Ismail Ismail
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.18632

Abstract

ABSTRAKAnjing (Canis lupus familiaris) merupakan salah satu hewan peliharaan yang banyak dipelihara di dunia. Karakteristik anjing yang setia, mudah dilatih serta bersahabat dengan manusia menjadi nilai tambah hewan peliharaan satu ini, sejatinya anjing merupakan hewan karnivora yang menjadikan protein sebagai sumber energi utama. Namun, ditengah masyarakat masih banyak memberikan pakan berupa nasi kepada anjing peliharaannya untuk itu penelitian ini dilakukan guna mengetahui kadar gula darah anjing serta faktor-faktor yang memengaruhi kadar gula darah tersebut. Penelitian ini dilakukan secara observasi lapangan dan pemeriksaan sampel darah anjing sebanyak 30 sampel di Kota Bukittinggi, lalu dilakukan pengecekan menggunakan easy touch GCU dan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar gula darah anjing sebelum dan sesudah makan, pada saat sebelum makan kadar gula darah anjing sebesar 73,37±10,88 mg/dL dan dua jam sesudah pemberian pakan sebesar 112,06±14,148 mg/dL hal ini berhubungan dengan karakteristik dari karbohidrat yang cepat dicerna dan diedarkan ke seluruh tubuh. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p0.05) antara usia dan jenis kelamin terhadap kadar gula darah anjing kampung. Dapat disimpulkan bahwa rata- rata kadar gula arah anjing kampung di kota Bukittinggi masih berada pada kisaran normal.Kata kunci: domestikasi, easy touch GCU, gula darah, karbohidratABSTRACTDogs (Canis lupus familiaris) are one of the most kept pets in the world. The characteristics of being loyal, easy to train and friendly with humans are added values for this pet, in fact dogs are carnivorous animals that made protein be their main energy source. However, in the midst of society, there are still give rice to their dogs, so this research was conducted to determine the blood sugar levels of dogs and the factors that influence it. This research was carried out by field observation and examination of 30 samples of dog blood samples in Bukittinggi City, then checked the sample using the easy touch GCU and the results showed that there were significant differences in the blood sugar levels of dogs before and after eating, which at the time of eating the dog blood sugar was 73.37±10.88 mg/dL and two hours after feeding was 112.06±14.148 mg/dL this was related to the characteristics of carbohydrates that were quickly digested and circulated throughout the body. The results of statistical tests showed that there was a significant difference (p0.05) between age and sex on blood sugar levels of domestic dogs. Based on the research concluded that the average sugar content of domestic dogs in the Bukittinggi City is still in the normal range.Keywords: Blood sugar, carbohydrates, domestication, easy touch GCU
Profil Darah Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Di Conservation Response Unit (Cru) Sampoiniet Aceh Jaya Fina Fadiah; Triva Murtina Lubis; Muhammad Hambal
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.5889

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil darah gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di CRU Sampoiniet, Aceh Jaya. Sampel darah diambil dari 4 ekor gajah sumatera yang ada di CRU Sampoiniet. Profil darah seperti hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit dan diferensial leukosit dihitung secara manual. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin pada gajah sumatera 10.3±4,04 g/dl, nilai hematokrit 39,6±3,63%, jumlah eritrosit total 2,492±1,347 x103/µl, jumlah leukosit total 8,93±2,96 x103µL dan rata-rata dari diferensial leukosit berupa jumlah granulosit (neutrofil berkisar (neutrofil 52,75±7,63%, eosinofil 2,50±1,00% dan basofil 4,25±2,06%), dan agranulosit (limfosit 33,75±7,97% dan monosit 7,25±1,50%). Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa profil darah gajah sumatera yang berada di (CRU) Sampoiniet Aceh Jaya berada pada kisaran normal dari gajah-gajah sumatera.Kata kunci: profil darah, gajah sumatera, CRU sampoinietABSTRACTThis study was conducted to find out the blood profile of Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) at CRU Sampoiniet, Aceh Jaya. Blood samples were taken from 4 sumatran elephants in CRU Sampoiniet. Blood profiles such as hemoglobin, hematocrit, erythrocytes, leucocytes and differentials leukocyte are calculated manually. The results showed that the average hemoglobin level in Sumatran elephant was 10.3 ± 4.04 g/dl, hematocrit value 39.6 ± 3.63%, erythrocyte total 2,492 ± 1,347 x106/μl, leukocyte total 8,93 ± 2,96 x103μL and the mean of differentials leukocyte were granulocyte counts (neutrophils ranged from 52,75±7,63%, eosinophils 2,50±1,00% and basophils 4,25±2,06%), and agranulocytes (lymphocytes 33,75±7,97% and monocytes 7,25±1,50%). The conclusion is the blood profile of Sumatran elephant's in CRU of Aceh Jaya is in the normal range from Sumatran elephant’s.Keywords: blood profile,sumatran elephant, CRU sampoiniet
Anatomi Komparatif Skeleton Axiale Kucing Hutan (Felis Chaus) Dan Kucing Domestik (Felis Domestica) Primaadhi Abimanyu Satrio Raharjo; Sri Wahyuni; Fadli. A. Gani; Juli Melia; Muhammad Jalaluddin; Hamny Sofyan; Lailia Dwi Kusuma Wardhani; Mulyadi Adam
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.15782

Abstract

ABSTRAKKucing hutan (Felis chaus) dan kucing domesik (Felis domesticus) termasuk famili Felidae, namun  secara kasat mata terdapat perbedaan morfologi tubuh antara kedua spesies tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan membandingkan morfologi dan morfometri tulang-tulang pembentuk skeleton axiale kucing hutan dan domestik. Penelitian ini menggunakan preparat kucing hutan dan kucing domestik masing-masing 1 ekor dan berjenis kelamin jantan yang telah diawetkan dalam larutan formalin. Kucing hutan dan domestik dipreparir untuk mendapatkan tulang-tulang pembentuk skeleton axiale lalu diawetkan dalam larutan formalin 5 % dan dikeringkan pada suhu ruang (27°C). Selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi dan morfometri setiap tulang. Hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara morfologi tulang-tulang pembentuk skeleton axiale kucing hutan dan domestik memiliki bentuk yang hampir sama, kecuali pada ala atlantis dari os atlas (os vertebrae cervicalis I) kucing hutan lebih sempit dibandingkan ala atlantis kucing domestik. Selain itu bentuk os axis (os vertebrae cervicalis II) kucing hutan lebih ramping dibandingkan kucing domestik. Perbedaan morfologi lainnya ditemukan pada ossa costales dan os sternum yang didukung dengan perbedaan morfometrinya. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan morfologi dan morfomteri tulang-tulang penyusun skeleton axiale antara kucing hutan dan domestik ditemukan pada os atlas, os axis, ossa costales, dan os sternum.    Kata kunci: skeleton axiale, morfologi, morfometri, kucing hutan, dan kucing domestikABSTRACTWild cat (Felis chaus) and domestic cat (felis domesticus) belong to the Felidae family, but morphologically there are differences in the posture of both species. This study aims to identify and compare the morphology and morphometry of bones forming the skeleton of wild and domestic cats. This study used the preparation of a male wild cat and a male domestic cat that have been preserved in formalin solution.  Furthermore, cats were prepared for obtaining skeleton-forming bones and then preserved in 5% formalin and dried at room temperature. After drying, morphology and morphometry were observed and data were analyzed descriptively. The results showed that morphologically, the skeleton-forming bones of wild cat and domestic cat axiale had almost the same in shape, except in ala atlantis of os atlas (os vertebrae cervicalis I), where in wild cat the size was narrower than in domestic cat. Additionally, the size of os axis (os vertebrae cervicalis II) in wild cat was slimmer than the bone size in domestic cat. Other morphological differences were found in ossa costales and os sternum which were supported by differences in morphometry. It can be concluded that specifically, the difference of axial skeleton-forming bones between wild and domestic cats were found in os atlas, os axis, ossa costales, and os sternum.  Keywords: skeleton axiale, morphology, morphometry, wild cat, and domestic cat
Skrining Senyawa Aktif Biji Pinang (Areca Catechu, L) Dalam Meningkatkan Sensitivitas Antikanker Doxorubicin Pada Kanker Payudara Secara In Silico Frengki Frengki; Andika Trihadi Septian; Daniel Daniel; Rosmaidar Rosmaidar; Hennivanda Hennivanda; T. Armansyah TR; Nazaruddin Nazaruddin; M. Hasan
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.23723

Abstract

ABSTRAK Doxorubicin merupakan kemoterapi golongan antrasiklin yang cukup ampuh dan masih digunakan dalam mengatasi kanker payudara. Selain efek kemoterapi yang diharapkan, penggunaan doxorubicin juga menimbulkan efek samping hingga memicu peristiwa autoresistensi doxorubicin melalui peningkatan ekspresi dan fungsi NFκβ. Salah satu upaya meningkatkan sensitivitas doxorubicin yaitu dengan menggunakan agen kemopreventif non-toksik sebagai bagian dari kombinasi agen kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan senyawa aktif yang terkandung dalam biji pinang (Areca catechu, L) yang berpotensi meningkatkan sensitivitas doxorubicin melalui inhibisi reseptor NFκβ. Penelitian ini dilakukan secara in silico melalui metode Moleculer Docking menggunakan software MOE. Bahan uji berupa data “canonical SMILES” 6 senyawa aktif biji pinang, senyawa deoxyelephantopin dan doxorubicin diunduh dari www.pubchem.org, sedangkan reseptor NFκβ (PDB id. 1VKX) diunduh dari www.rcsb.org.  Hasil docking menunjukkan bahwa senyawa aktif pilihan (protoanthocyanidin, arecaidine, arecoline, guvacoline, guvacine, dan isoguvacine) yang terkandung dalam biji pinang mampu meningkatkan sensitivitas antikanker doxorubicin melalui penekanan fungsi NFκβ dengan proanthocyanidin memiliki kemampuan inhibisi terbaik. Dengan demikian semua senyawa tersebut memiliki kemampuan meningkatkan sensitivitas antikanker doxorubicin sehingga dapat bekerja lebih optimal dalam mengatasi sel kanker payudara. Profil profil farmakokinetika dan toksisitas menunjukkan potensi proanthocyanidin sebagai kandidat obat antidiabetes hanya dapat diberikan secara parenteral.Kata Kunci : Doxorubicin, proanthocyanidin, moleculer docking.ABSTRACTDoxorubicin is an anthracycline class of chemotherapy that is quite effective and is still used in treating breast cancer. In addition to the expected chemotherapy effects, the use of doxorubicin also causes side effects that trigger doxorubicin autoresistance through increased expression and function of NFκβ. One effort to increase the sensitivity of doxorubicin is by using non-toxic chemopreventive agents as part of a combination of chemotherapeutic agents. The purpose of this study was to prove that the active compounds contained in areca nut (Areca catechu, L) seeds have the potential to increase doxorubicin sensitivity through inhibition of NFκβ receptors. This research was conducted in silico through the Molecular Docking method using MOE software. The test material in the form of "canonical SMILES" data for 6 active compounds in areca seed, deoxyelephantopin and doxorubicin compounds was downloaded from www.pubchem.org, while the NFκβ receptor (PDB id. 1VKX) was downloaded from www.rcsb.org. The docking results showed that selected active compounds (protoanthocyanidin, arecaidine, arecoline, guvacoline, guvacine, and isoguvacine) contained in areca nut seeds were able to increase the anticancer sensitivity of doxorubicin by suppressing NFκβ function with proanthocyanidin having the best inhibitory ability. Thus all these compounds have the ability to increase the anticancer sensitivity of doxorubicin so that they can work more optimally in treating breast cancer cells. The pharmacokinetic and toxicity profiles show the potential of proanthocyanidin as an antidiabetic drug candidate which can only be given parenterally.Keywords : Doxorubicin, proanthocyanidin, moleculer docking.
Gambaran Histologi dan Histomorfometri Ginjal Kalkun (Meleagris gallopavo) pada Tingkatan Umur Berbeda Zainuddin Zainuddin; Fachreza Oktavian Syahputri; Dian Masyitha; Siti Aisyah; Cut Dahlia Iskandar; Erdiansyah Rahmi; Lian Varis Riandi
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.17388

Abstract

ABSTRAKGinjal adalah organ ekskresi utama yang memiliki peran penting dalam proses pengeluaran sisa metabolisme. Organ ginjal memiliki perkembangan seiring dengan pertambahan umur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi dan histomorfometri ginjal kalkun (Meleagris gallopavo) pada tingkatan umur yang berbeda. Jumlah total sampel yang diamati adalah 18 sampel ginjal kalkun jantan yang dibagi ke dalam tiga kelompok umur yaitu 8, 16, dan 24 minggu dengan masing-masing kelompok umur terdapat enam ekor kalkun. Ginjal kemudian diproses hingga menjadi sediaan histologi dengan ketebalan 3µm, selanjutnya diwarnai menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat perbedaan struktur histologi ginjal pada tiap kelompok umur. Organ pada sistem urinaria unggas terutama ginjal sudah terbentuk dan sudah menjalankan fungsinya dengan sempurna setelah menetas. Data histomorfometri ginjal kalkun yang telah dianalisis menunjukan hasil berbeda nyata (P0,05) antara ukuran diameter glomerulus dan tubulus-tubulus ginjal dari berbagai tingkatan umur. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perkembangan ginjal kalkun baik secara histologi maupun secara histomorfometri antara umur 8, 16 dan 24 minggu.Kata kunci: Ginjal, histologi, histomorfometri, kalkun (Meleagris gallopavo)ABSTRACTKidneys are the main excretory organs that have an important role in the process of eliminating metabolic waste. Kidneys develop along with the age. This study aimesd to observed the histological and histomorphometric features of the kidney of turkey (Meleagris gallopavo) at different age levels. Total of samples observed were 18 samples of male turkey kidneys which were divided into three age groups, namely 8, 16, and 24 weeks with six turkeys in each age group. The kidneys were then processed into a histology preparation with a thickness of 3µm, then stained using Hematoxylin-Eosin (HE) staining. Based on the results of the study it was found that there were differences in the histological structure of the kidneys in each age group. The organs in the poultry urinary system, especially the kidneys, have been formed and have performed their functions perfectly after hatching. The histomorphometric data of turkey kidneys that have been analyzed showed significantly different results (P0.05) between the diameters of the glomeruli and kidney tubules from various age levels. It can be concluded that there are differences in the development of turkey kidneys both histologically and histomorphometrically between the ages of 8, 16 and 24 weeks.Keyword: Histological, histomorfometry, kidneys, turkey (Meleagris gallopavo)
Keragaman Lalat Penghisap Darah Sebagai Vektor Potensial Trypanosoma Evansi di Daerah Pegunungan dan Pesisir di Kabupaten Aceh Besar Raja renca; Yudha Fahrimal; Razali Daud
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.6857

Abstract

ABSTRAKPenelitian bertujuan mengindentifikasi keragaman jenis lalat penghisap darah sebagai vektor potensial T. evansi  di pegunungan dan pesisir pantai. Koleksi sampel dilakukan pada peternakan yang ada di kecamatan Saree dan Jantho untuk mewakili daerah pegunungan, dan Kecamatan Krueng Raya, dan Pekan Bada untuk mewakili daerah pesisir. Dalam penelitian ini masing-masing lokasi dipasang perangkap lalat tipe NZ1 trap yang ditempatkan di sekitar kandang berjarak sekitar ± 10 m dari kandang selama 24 jam dan menggunakan tangguk serangga (sweepnet) yang dilakukan pada daerah dalam kandang. Lalat dieuthanasi menggunakan ethanol 70%. Seluruh sampel yang diperoleh dari setiap lokasi diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi. Hasil penelitian yang dilakukan pada peternakan di Kabupaten Aceh Besar diperoleh 3 (tiga) jenis lalat penghisap darah yaitu Haematobia exigua, Stomoxys calcitran, dan Tabanus sp. Spesies lalat yang mendominasi adalah Haematobia exigua.Kata kunci : Haematobia exigua, Stomoxys calcitran, Tabanus spABSTRACTThis study aims to identify the diversity of blood-sucking  flies as the potential vector of T. evansi in the montainous and coastal areas. The collection of samples were conducted on the farms in saree and jantho sub-disricts to represent montainous areas, and krueng Raya sub-districts and Pekan Bada to represent coastal areas. In this study each location the trap flies type NZ-1 trap was installed which placed around the cage about 10 m away from the cage for 24 hours and using the insect net (Sweepnet) which done on the inside of the cage. The fly was euthanized using 70% ethanol. All samples obtained from each location identified using identification keys. The results of this study conducted, in the livestock  in Aceh Besar district obtained 3 sp blood-sucking flies that Haematobia exigua, Stomoxys calcitran and Tabanus sp. The species of blood-sucking flies that dominate is Haematobia exigua.Keywords: Haematobia exigua, Stomoxys calcitran, Tabanus sp
Deteksi Cemaran Escherichia Coli Pada Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Di Tambak Lhoong Aceh Besar Rastina Rastina; Wahyu Eka Sari; Azhari Azhari; Yunisma Andriani Munthe; M. Isa; Zainuddin Zainuddin
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.23794

Abstract

ABSTRAKUdang vaname merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan andalan Indonesia yang memiliki nilai jual tinggi. Jenis udang ini juga merupakan salah satu jenis udang yang banyak ditemukan dan dimanfaatkan di Aceh. Berdasarkan data di lapangan, udang vaname pada tambak Lhoong Aceh Besar mengalami penurunan produktvitas sehingga perlu dilakukan penanganan yang baik agar produktivitas udang meningkat. Salah satu permasalahan bagi pembudidaya udang vaname adalah adanya cemaran bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada udang. Tujuan penelitian ini yaitu mendeteksi cemaran bakteri Escherichia coli pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak Lhoong Aceh Besar. Sampel penelitian berjumlah 10 ekor udang vaname. Deteksi E. coli menggunakan media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) dengan metode Total Plate Count (TPC), serta data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada 10 sampel udang menunjukkan hasil negatif E. coli namun positif Coliform, karena pada media EMBA tidak terlihat adanya warna hijau metalik melainkan warna merah muda, dengan jumlah koloni terendah 4,2x10² CFU/g dan jumlah koloni tertinggi 1,3x104 CFU/g. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ditemukan adanya cemaran E. coli namun terdapat keberadaan bakteri Coliform dan melebihi batas maksimum cemaran Colifrom pada udang vaname. Dengan demikian adanya keberadaan bakteri Coliform menjadi indikator dugaan adanya bakteri patogen lainnya.Kata kunci: Litopenaeus vannamei, Escherichia coli, Coliform, udang vanameABSTRACT           Vaname shrimp is one of Indonesia's primary fishery export commodities with a high selling value. This type of shrimp is also a type of shrimp that is commonly found and used in Aceh. Based on data in the field, vannamei shrimp in Lhoong Aceh Besar ponds have decreased productivity, so proper handling is needed so that shrimp productivity increases. One of the problems for vaname shrimp cultivators is the presence of bacterial contamination that can cause disease in shrimp. This study aimed to detect Escherichia coli bacterial contamination in vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) in Lhoong ponds in Aceh Besar. The research sample consisted of 10 vaname shrimp. E. coli was detected using Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) medium with the Total Plate Count (TPC) method, and the observed data were analyzed descriptively. The results of this study indicate that the 10 shrimp samples showed negative results for E. coli but positive for Coliform because, in the EMBA media, there was no metallic green color but pink color, with the lowest number of colonies 4.2x10² CFU/g and the highest number of colonies 1, 3x104 CFU/g. This study concluded that no E. coli contamination was found, but the presence of Coliform bacteria exceeded the maximum limit of Coliform contamination in vannamei shrimp. Thus, the presence of Coliform bacteria indicates the suspected presence of other pathogenic bacteria.Keyword: Litopenaeus vannamei, Escherichia coli, Coliform, vaname shrimp

Page 1 of 1 | Total Record : 8